Sobat Bloggur (Bloger Guru), tulisan di bawah ini saya peroleh dari Majalah Guru Profesional TEACHERS GUIDE. Menurut pendapat saya pribadi, isi tulisan ini sangat bagus dan dapat menginspirasi kita dalam menjalankan tugas mulia sebagai pendidik dan pengajar tunas-tunas bangsa. Penulisnya adalah Bapak Imam Nur Suharno S.Pd, M.PdI. Anda pengin tahu isinya ? Silakan baca tulisannya di bawah ini !
Dalam mutiara hikmah dikatakan,
”Aththoriqotu ahammu minal maddah, wal ustadz ahammu minaththoriqoh, wa ruhul ustadz ahammu min kulli syaiin.”
(Metode lebih penting daripada materi, guru lebih penting daripada
metode, dan ruh (semangat) guru lebih penting dari semua itu). Sebab,
dengan ruh tersebut guru mampu menghidupkan suasana pembelajaran yang
menyenangkan dengan sentuhan kasih, sayang, dan cintanya pada anak
didik.
Guru sebagai pendidik merupakan gerbang awal dalam
pembentukan kepribadian siswa, bagi terwujudnya manusia yang bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak mulia. Di tangan Guru
terletak masa depan bangsa. Guru adalah arsitek peradaban.Maju mundurnya
sebuah bangsa ke depan berada di genggaman guru.
Berkaitan dengan peran membentuk kepribadian itu, Mahmud Samir al-Munir dalam kitabnya,
Al-Mu’allimur Rabbani, menyebutkan tujuh pilar kesuksesan seorang guru.
Pertama, semangat yang terkontrol. Seorang guru mesti menjadi orang yang ulet, telaten, peduli, dan memiliki tekad yang memadai.
Sebab, peserta didik memerlukan hal baru, tambahan informasi, perhatian, dan didikan yang baik darinya.
Kedua, ilmu yang terus berkembang.
Ia mempunyai dua kelebihan, yakni kelebihan horizontal (pengetahuan
luas) dan vertikal (menguasai bidangnya secara mendalam). Guru yang
enggan membaca lambat laun akan kekeringan wawasan seiring permasalahan
yang muncul. Hendaknya mempunyai perpustakaan sendiri walaupun
sederhana.
Ketiga, perencanaan yang rapi.
Perencanaan pendidikan yang matang, tertulis dan tersusun rapi, serta
dalam jangka waktu tertentu, terukur, dan realistis agar tujuan
pendidikan bisa tercapai. Istilahnya, ‘TUKER-KERIS’ (TUlis apa yang anda
KERjakan, dan KERjakan apa yang anda tulIS).
Keempat, variasi kecerdasan.
Guru itu seperti sungai, ia memberi minum kepada orang-orang yang
kehausan, mengalir deras ke setiap lembah,mengubah tandusnya akal
menjadi pengetahuan yang berbunga di lembah pengetahuan yang beraneka
ragam.
Oleh karena itu, guru harus menjadi bapak bagi siswanya dalam ikatan batin,
seolah
menjadi syekh dalam pendidikan rohani, menjadi pendidik dalam
penyampaian ilmu, menjadi teman dalam penyampaian curhat, dan menjadi
pemimpin dalam keteladanan.
Kelima, kepemimpinan yang bijaksana.
Tidak cukup seorang guru hanya menyampaikan materi pelajaran tanpa
memenuhi tujuan pendidikan sesungguhnya, yakni menanamkan nilai-nilai
luhur, mengembangkan potensinya menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, mandiri, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
Keenam, menjaga celah.
Guru adalah arsitek peradaban. Masa depan anak didik adalah amanah di
pundak guru. Baiknya generasi muda ke depan tergantung kepada
kesungguhan guru dalam mempersiapkan anak didiknya. Oleh karena itu,
guru harus mampu menjaga celah di bidang pendidikan. Sebab, jika
pendidikan tidak bisa diharapkan, tunggulah akan kehancuran. Syauqi
pernah berkata, ”Jika guru berbuat salah sedikit saja, akan lahirlah
siswa-siswa yang lebih buruk lagi.”
Ketujuh, tidak mengenal putus asa.
Kenyataan terkadang membuat guru sedih dengan fakta dekadensi moral
pada generasi muda. Orang yang bertekad lemah, kadang menyatakan bahwa
generasi sekarang tidak bisa diharapkan, tak ada harapan akan perbaikan.
Tetapi, guru harus yakin, bahwa impian hari ini adalah kenyataan esok
hari. Karena itu, guru perlu terus berbuat dan meninggikan bendera
kebajikan guna menyiapkan generasi mendatang yang lebih baik.
Bila
pilar-pilar di atas mampu diejawantahkan dalam dunia pendidikan maka
tidak menutup kemungkinan pembentukan anak didik menjadi manusia
seutuhnya (cerdas secara intelektual, emosional, dan spiritual) akan
mudah terwujud. Semoga.
Imam Nur Suharno S.Pd, M.PdIDirektur Pendidikan
Yayasan (Pondok Pesantren)Husnul Khotimah
Desa Maniskidul, Jalaksana, Kuningan.
*)
Tulisan ini diterbitkan pada Majalah
Teachers Guide edisi 11/2011.
Sumber : http://teachersguideonline.blogspot.com