Berbagi informasi seputar pendidikan dan pembelajaran

5 Jul 2012

UKG ( UJI KOMPETENSI GURU ) ONLINE 2012

       Rencananya sekitar bulan Juli 2012, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan menggelar uji ulang bagi guru yang sudah bersertifikat atau lulus sertifikasi. Uji ulang ini dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan kualitas guru dan mendorong guru agar terus meningkatkan kualitas dirinya.
     Menurut Syawal Gultom, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidik dan Peningkatan Mutu Pendidikan, Kemendikbud di Jakarta, mengatakan uji ulang yang pertama ini akan diikuti 1.020.000 guru yang sudah lolos sertifikasi dan menerima tunjangan profesi pendidik. Ujian dirancang secara online untuk yang dapat mengakses internet dan tertulis untuk yang terkendala jaringan internet.
"Pelaksanaan ujian ulang ini jangan disalahpahami sebagai ancaman. Roh dari uji ulang ini untuk pembinaan," kata Syawal. Menurut beliau para guru yang belum memenuhi standar akan dibina dengan berbasis web ataupun tatap muka. Guru diberi kesempatan beberapa kali hingga mampu memenuhi standar guru profesional.
"Dengan cara seperti ini, para guru akan terbangun kesadarannya supaya tidak berhenti meningkatkan kualitas pembelajarannya. Jadi, guru-guru tidak akan puas dengan hanya kelulusan sertifikasi saja, " ujar Syawal.
          Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia ( PGRI ) Sulistyo menyatakan, jika uji ulang ini ditujukan untuk mendapatkan peta kompetensi guru secara nasional, PGRI mendukung kebijakan tersebut.
" Kalau disertai ancaman, guru yang tidak lulus bakal dihentikan tunjangan sertifikasinya, itu tidak adil bagi guru," kata Sulistyo.
      Retno Listyarti, Sekretaris Jendral Federasi Serikat Guru Indonesia mempertanyakan pengujian kompetensi guru yang dilaksanakan dengan model ujian pilihan ganda. Pemerintah semestinya dapat mengembangkan evaluasi kinerja guru yang tidak berdasarkan tes.
         Syawal mengatakan , kualitas guru Indonesia semakin ditingkatkan dengan penerapan penilaian kinerja guru pada tahun 2013.

Sumber : Kompas.com
Share:

7 PILAR KESUKSESAN SEORANG GURU

     Sobat Bloggur (Bloger Guru), tulisan di bawah ini saya peroleh dari Majalah Guru Profesional TEACHERS GUIDE. Menurut pendapat saya pribadi, isi tulisan ini sangat bagus dan dapat menginspirasi kita dalam menjalankan tugas mulia sebagai pendidik dan pengajar tunas-tunas bangsa. Penulisnya adalah Bapak Imam Nur Suharno S.Pd, M.PdI. Anda pengin tahu isinya ? Silakan baca tulisannya di bawah ini !


     Dalam mutiara hikmah dikatakan, ”Aththoriqotu ahammu minal maddah, wal ustadz ahammu minaththoriqoh, wa ruhul ustadz ahammu min kulli syaiin.” (Metode lebih penting daripada materi, guru lebih penting daripada metode, dan ruh (semangat) guru lebih penting dari semua itu). Sebab, dengan ruh tersebut guru mampu menghidupkan suasana pembelajaran yang menyenangkan dengan sentuhan kasih, sayang, dan cintanya pada anak didik.

     Guru sebagai pendidik merupakan gerbang awal dalam pembentukan kepribadian siswa, bagi terwujudnya manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak mulia. Di tangan Guru terletak masa depan bangsa. Guru adalah arsitek peradaban.Maju mundurnya sebuah bangsa ke depan berada di genggaman guru.

     Berkaitan dengan peran membentuk kepribadian itu, Mahmud Samir al-Munir dalam kitabnya, Al-Mu’allimur Rabbani, menyebutkan tujuh pilar kesuksesan seorang guru.

Pertama, semangat yang terkontrol. Seorang guru mesti menjadi orang yang ulet, telaten, peduli, dan memiliki tekad yang memadai.
Sebab, peserta didik memerlukan hal baru, tambahan informasi, perhatian, dan didikan yang baik darinya.

Kedua, ilmu yang terus berkembang
. Ia mempunyai dua kelebihan, yakni kelebihan horizontal (pengetahuan luas) dan vertikal (menguasai bidangnya secara mendalam). Guru yang enggan membaca lambat laun akan kekeringan wawasan seiring permasalahan yang muncul. Hendaknya mempunyai perpustakaan sendiri walaupun sederhana.

Ketiga, perencanaan yang rap
i. Perencanaan pendidikan yang matang, tertulis dan tersusun rapi, serta dalam jangka waktu tertentu, terukur, dan realistis agar tujuan pendidikan bisa tercapai. Istilahnya, ‘TUKER-KERIS’ (TUlis apa yang anda KERjakan, dan KERjakan apa yang anda tulIS).

Keempat, variasi kecerdasan. Guru itu seperti sungai, ia memberi minum kepada orang-orang yang kehausan, mengalir deras ke setiap lembah,mengubah tandusnya akal menjadi pengetahuan yang berbunga di lembah pengetahuan yang beraneka ragam.

Oleh karena itu, guru harus menjadi bapak bagi siswanya dalam ikatan batin,
seolah menjadi syekh dalam pendidikan rohani, menjadi pendidik dalam penyampaian ilmu, menjadi teman dalam penyampaian curhat, dan menjadi pemimpin dalam keteladanan.


Kelima, kepemimpinan yang bijaksana
. Tidak cukup seorang guru hanya menyampaikan materi pelajaran tanpa memenuhi tujuan pendidikan sesungguhnya, yakni menanamkan nilai-nilai luhur, mengembangkan potensinya menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab.

Keenam, menjaga celah
. Guru adalah arsitek peradaban. Masa depan anak didik adalah amanah di pundak guru. Baiknya generasi muda ke depan tergantung kepada kesungguhan guru dalam mempersiapkan anak didiknya. Oleh karena itu, guru harus mampu menjaga celah di bidang pendidikan. Sebab, jika pendidikan tidak bisa diharapkan, tunggulah akan kehancuran. Syauqi pernah berkata, ”Jika guru berbuat salah sedikit saja, akan lahirlah siswa-siswa yang lebih buruk lagi.”

Ketujuh, tidak mengenal putus asa. Kenyataan terkadang membuat guru sedih dengan fakta dekadensi moral pada generasi muda. Orang yang bertekad lemah, kadang menyatakan bahwa generasi sekarang tidak bisa diharapkan, tak ada harapan akan perbaikan. Tetapi, guru harus yakin, bahwa impian hari ini adalah kenyataan esok hari. Karena itu, guru perlu terus berbuat dan meninggikan bendera kebajikan guna menyiapkan generasi mendatang yang lebih baik.

     Bila pilar-pilar di atas mampu diejawantahkan dalam dunia pendidikan maka tidak menutup kemungkinan pembentukan anak didik menjadi manusia seutuhnya (cerdas secara intelektual, emosional, dan spiritual) akan mudah terwujud. Semoga.

Imam Nur Suharno S.Pd, M.PdIDirektur Pendidikan
Yayasan (Pondok Pesantren)Husnul Khotimah
Desa Maniskidul, Jalaksana, Kuningan.

*) Tulisan ini diterbitkan pada Majalah Teachers Guide edisi 11/2011.

Sumber : http://teachersguideonline.blogspot.com
Share:

Arsip Blog